Bagikan :

Selasa, 17 Desember 2013

: Posted on Selasa, 17 Desember 2013 - 01.51 with No comments

Fulan. Johan Suryantoro
Si Fulan sudah hampir dua tahun ini bekerja sebagai pembantu di kediaman keluarga Pak Karto yang terkenal kaya dan dermawan di kota kecamatan ini. Di rumah orang kaya itu, sehari-hari Fulan bertugas untuk membersihkan ruangan dalam rumah dan halamannya. Menurutnya, ini bukan pekerjaan yang sulit dan dengan suka cita dia selalu menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik.

Saya fikir anak muda jebolan SMP ini pasti merasa senang dengan pekerjaannya itu. Apalagi karena majikannya memang terkenal sebagai orang kaya yang baik dan dermawan. Saya dengar dia sering dibawakan oleh-oleh setiap kali Pak Karto pulang dari bepergian jauh, baik sendirian atau bersama istri dan anak-anaknya. Dan kabar terakhir yang saya dengar dan ini cukup menyentuh perasaan saya, Fulan sudah dianggap sebagai anggota keluarga oleh Pak Karto dan keluarganya. Wah..., saya bayangkan pasti si Fulan tambah kerasan bekerja pada keluarga kaya itu.

Tapi keesokan harinya, ketika saya dapati dia sedang ditugaskan membeli sesuatu di warung sebelah rumah, terlihat wajahnya tampak sedih dan sedikit cemberut. Saya yang akan mebeli sebungkus rokok di warung itu lalu ikut mendengarkan percakapan si Fulan dan pemilik warung, Bude Wasiyem, seorang ibu berusia sekitar 50an tahun.

"Kemarin pak Karto cerita disini kalau beliau sudah menganggap kamu sebagai keluarganya sendiri. Pasti kamu merasa senang sekali ya Lan. Tapi hari ini koq kamu kelihatan sedih begitu, ada apa?" tanya bude Wasiyem dengan suara yang nyaris berbisik.

Terlihat Fulan terdiam sejenak, seolah sedang berpikir. Lalu dia menjawab pertanyaan Bude Wasiyem itu, "Iya bude, bu Karto kemarin bilang begitu. Katanya sudah menganggap saya seperti anaknya sendiri. Itu yang bikin saya jadi kepikiran." Saya hanya menduga Fulan jadi pakewuh karena perlakuan baik dari keluarga Pak Karto itu pada dirinya.

"Kepikiran apa?" tanya Bude Wasiyem setengah mendesak.
Fulan agak kegelagapan didesak pertanyaan dari perempuan tua itu. Lalu jawabnya, "Kalau saya dianggap sebagai anak sendiri, nanti Pak Karto malah tidak memberi gaji bulanan lagi untuk saya."
"Koq bisa begitu?" tanya Bude Wasiyem keheranan.
"Lha iya to, masa' ada orang tua yang menggaji anak sendiri yang kerja bersih-bersih di rumah sendiri," jawab Fulan dengan cepat.

Mendengar jawaban lugu dari Fulan itu, saya dan Bude Wasiyem jadi tertawa terbahak tanpa bisa ditahan lagi. Membuat wajah si Fulan makin terlihat cemberut. Dan sambil masih dengan sisa tawanya, Bude Wasiyem berkata pada Fulan bahwa Pak Karto berencana mendaftarkan Fulan untuk berkuliah di sebuah perguruan tinggi di ibu kota kabupaten. Biaya kuliahnya hingga selesai nanti akan ditanggung oleh Pak Karto. Untuk itulah orang kaya itu menjadikan Fulan sebagai anak angkatnya.

Terlihat wajh Fulan menjadi cerah dan ceria. Tanpa berkata apa-apa lagi dia segera berlari menyeberangi jalan, pulang ke rumah majikannya, eh salah..., orang tua angkatnya. Terkadang, fikiran yang lugu ternyata cukup menyesatkan. Membuat orang jadi berprasangka buruk.

Selasa, 03 Desember 2013

: Posted on Selasa, 03 Desember 2013 - 02.12 with No comments

Bagaimana cara menjadi penulis kacangan? Apa memang ada orang yang ingin menjadi penulis kacangan? Mengapa tidak menjadi penulis yang hebat saja, penulis yang hasil tulisannya disuka banyak orang dan tentu saja bisa menghasilkan banyak uang.
Menulis. Johan Suryantoro
Apa saja yang harus dilakukan untuk bisa menjadi penulis kacangan?, kira-kira begitulah pertanyaan seorang teman saat ngobrol dengan saya melalui telepon seluler. Kamu ini sedang bertanya atau sedang meledek?, balas saya. Kami pun tertawa setelah itu.

Dia bercerita bahwa dia terkadang membaca tulisan dan cerpen yang saya tulis dan publikasikan melalui personal weblog. "Tapi aku baru membaca tulisanmu kalau aku benar-benar punya waktu luang. Itu pun karena penulisnya temanku sendiri. Kasihan kalau tidak ada yang membaca," candanya tanpa nada mengejek. Kata-katanya itu membuat saya tertawa terbahak-bahak. Ternyata asyik juga mentertawakan diri sendiri.

Memang aneh kalau ada yang menanyakan cara untuk menjadi penulis kacangan. Mengapa tidak bertanya tentang cara menjadi penulis yang hebat, penulis yang buku-buku hasil tulisannya menjadi best seller? Yang jelas, dipastikan saya tidak akan bisa menjawab pertanyaan seperti itu. Justru jadi aneh kalau saya bisa dengan lancar memberikan kiat, trik, tips dan sebagainya tentang cara untuk menjadi penulis yang hebat kepada orang lain. Lha wong saya sendiri belum pernah menjadi penulis yang hebat dan sukses koq.

Meskipun sudah mempublikasikan beberapa cerpen dan tulisan ringan pada personal weblog, saya tidak bisa disebut penulis. Bagi saya, penulis itu adalah profesi. Profesi didefinisikan sebagai kegiatan yang spesifik dan menghasilkan uang. Berhubung tulisan-tulisan yang sudah saya buat tidak menghasilkan uang, ya saya tidak bisa disebut sebagai penulis. Mungkin karena itulah teman saya itu menyebutnya sebagai penulis kacangan. 'Penulis' yang menghasilkan tulisan yang tidak bermutu dan dijamin tidak bakal memiliki nilai jual.

Diantara pembaca mungkin banyak yang punya kebiasaan menulis pada buku harian atau diary. Dan mungkin juga orang-orang yang rutin mengisi tulisan pada diary-nya tidak merasa atau menganggap dirinya sebagai penulis. Padahal mereka setiap hari menghasilkan tulisan. Bahkan seringkali mereka menulis kalimat-kalimat yang indah dan penuh makna pada setiap halaman diary-nya.

Kembali ke topik pembahasan bagaimana cara menjadi penulis kacangan. Caranya sangat mudah, asalkan Anda masih punya mata dan tangan yang bisa berfungsi dengan baik dan Anda bukan penderita penyakit buta huruf. Kalau punya waktu luang, duduklah di depan alat tulis, misalnya laptop, dekstop, mesin ketik, atau gunakan pena / pensil. Tulis saja apa yang ingin Anda tulis. Tidak perlu menggunakan segala macam teori tentang cara membuat tulisan yang baik dan bermutu. Anggap saja Anda sedang bermain sepak bola tanpa harus dibebani target untuk menjadi pemain bola sekaliber David Beckham. Yang penting bisa menendang bola dan bisa berlari, Anda sudah bisa bermain sepak bola.

Menulis dengan cara seperti yang sudah saya katakan diatas, Anda pasti bisa menjadi penulis kacangan yang kemungkinan besar tidak bakal menghasilkan uang dari tulisan-tulisan yang Anda buat itu. Tapi jika Anda bisa menjadi sangat menyukai kegiatan tulis-menulis ini, saya yakin Anda bisa mendapatkan sesuatu yang lebih dari sekedar uang. Kira-kira seperti itulah yang sudah saya rasakan. Jangan lupa, saat Anda sedang menulis, sebaiknya sambil makan kacang rebus atau kacang goreng sehingga Anda benar-benar pantas disebut sebagai penulis kacangan.

Copyright © 2013. Johan Suryantoro | Template by Full Blog Design | Proudly powered by Blogger
ZonaAero