Saya fikir anak muda jebolan SMP ini pasti merasa senang dengan pekerjaannya itu. Apalagi karena majikannya memang terkenal sebagai orang kaya yang baik dan dermawan. Saya dengar dia sering dibawakan oleh-oleh setiap kali Pak Karto pulang dari bepergian jauh, baik sendirian atau bersama istri dan anak-anaknya. Dan kabar terakhir yang saya dengar dan ini cukup menyentuh perasaan saya, Fulan sudah dianggap sebagai anggota keluarga oleh Pak Karto dan keluarganya. Wah..., saya bayangkan pasti si Fulan tambah kerasan bekerja pada keluarga kaya itu.
Tapi keesokan harinya, ketika saya dapati dia sedang ditugaskan membeli sesuatu di warung sebelah rumah, terlihat wajahnya tampak sedih dan sedikit cemberut. Saya yang akan mebeli sebungkus rokok di warung itu lalu ikut mendengarkan percakapan si Fulan dan pemilik warung, Bude Wasiyem, seorang ibu berusia sekitar 50an tahun.
"Kemarin pak Karto cerita disini kalau beliau sudah menganggap kamu sebagai keluarganya sendiri. Pasti kamu merasa senang sekali ya Lan. Tapi hari ini koq kamu kelihatan sedih begitu, ada apa?" tanya bude Wasiyem dengan suara yang nyaris berbisik.
Terlihat Fulan terdiam sejenak, seolah sedang berpikir. Lalu dia menjawab pertanyaan Bude Wasiyem itu, "Iya bude, bu Karto kemarin bilang begitu. Katanya sudah menganggap saya seperti anaknya sendiri. Itu yang bikin saya jadi kepikiran." Saya hanya menduga Fulan jadi pakewuh karena perlakuan baik dari keluarga Pak Karto itu pada dirinya.
"Kepikiran apa?" tanya Bude Wasiyem setengah mendesak.
Fulan agak kegelagapan didesak pertanyaan dari perempuan tua itu. Lalu jawabnya, "Kalau saya dianggap sebagai anak sendiri, nanti Pak Karto malah tidak memberi gaji bulanan lagi untuk saya."
"Koq bisa begitu?" tanya Bude Wasiyem keheranan.
"Lha iya to, masa' ada orang tua yang menggaji anak sendiri yang kerja bersih-bersih di rumah sendiri," jawab Fulan dengan cepat.
Mendengar jawaban lugu dari Fulan itu, saya dan Bude Wasiyem jadi tertawa terbahak tanpa bisa ditahan lagi. Membuat wajah si Fulan makin terlihat cemberut. Dan sambil masih dengan sisa tawanya, Bude Wasiyem berkata pada Fulan bahwa Pak Karto berencana mendaftarkan Fulan untuk berkuliah di sebuah perguruan tinggi di ibu kota kabupaten. Biaya kuliahnya hingga selesai nanti akan ditanggung oleh Pak Karto. Untuk itulah orang kaya itu menjadikan Fulan sebagai anak angkatnya.
Terlihat wajh Fulan menjadi cerah dan ceria. Tanpa berkata apa-apa lagi dia segera berlari menyeberangi jalan, pulang ke rumah majikannya, eh salah..., orang tua angkatnya. Terkadang, fikiran yang lugu ternyata cukup menyesatkan. Membuat orang jadi berprasangka buruk.